Benar tidak…? Pengangguran Rembang turun karena investasi

Pada saat sidang komisi DPRD berkaitan dengan LKPJ tahun lalu, salah satu anggota dewan mempertanyakan tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Rembang yang masih selalu ada kepada teman kami yang membidangi masalah tersebut. “Rembang jumlah penduduknya sedikit kok penganggurannya nggak ilang-ilang dari dulu sampai sekarang”, ujar anggota dewan tersebut. Pertanyaan dewan tersebut sederhana dan sepertinya ada niat tulus untuk mendorong pemerintah agar tidak ada pengangguran, ada fungsi yang sedang dijalankannya, yaitu fungsi pengawasan. Parahnya menurut saya, pejabat dari dinas yang menangani ketenagakerjaan mengiyakan atas pertanyaan tersebut dengan melimpahkan sebuah kesalahan ke dinas lain, “iya betul, penyebabnya iklim investasi kita tidak kondusif bagi penyerapan tenaga kerja daerah”, kata pejabat tersebut dengan percaya diri.

Tulisan ini semata mengajak diskusi dan mendorong diri sendiri untuk belajar, perlunya kita membekali diri dengan pengetahuan yang cukup dalam melihat maupun menilai sesuatu, seperti menilai Rembang tercinta ini msih bermasalah soal pengangguran atau bukan.

Pengangguran sepertinya sebuah masalah besar bagi pemerintah Kabupaten Rembang yang tidak kunjung diselesaikan, jika melihat komentar anggota dewan dan jawaban pejabat diatas. Tingkat Pengangguran Terubuka (TPT) Rembang harus dilihat secara utuh, TPT Rembang saat ini sebesar 3,67% turun (1,16%) dari tahun 2020 sebesar 4,83%. Mari kita bandingkan dengan TPT Prov. Jateng sebesar 5,95% dan Nasional sebesar 6,49%, sampai disini pengangguran di Rembang masih jauh dibawah TPT yang ada di Prov. Jateng dan Nasional, tentunya ini sebuah prestasi. Mari kita bedah lagi, pengangguran di Rembang merupakan peringkat ke-5 kabupaten se-Jateng setelah Purworejo, Sukoharjo, Temanggung dan Wonogiri. Bila dibandingkan dengan peringkat paling buncit, yaitu Kabupaten Tegal dan Cilacap dengan TPT sebesar 9,97%, tentunya ini sebuah prestasi Rembang yang patut disuarakan mengingat Kabupaten Tegal dan Cilacap merupakan daerah rujukan investasi pelaku usaha besar yang memiliki tingkat penganggurang jauh diatas Prov. Jateng dan Nasional.

Pengangguran tidak bisa pisahkan dengan demografi suatu daerah, apa itu DEMOGRAFI? demografi sering kali dikaitkan dengan kependudukan. Demografi adalah statistik yang menyangkut popilasi penduduk yang didasarkan atas berbagai klasifikasi seperti usia, ras, jenis kelamin, agama, pekerjaan dan pendidikan. Tidak hanya kata demografi, sering terdengar akhir-akhir ini kata “BONUS” demografi populer diucapkan, acapkali kata tersebut terdengar ditelevisi. Bonus demografi adalah peluang yang bisa dinikmati suatu daerah karena besarnya jumlah penduduk usia produktif, yakni usia 18 sampai 64 tahun, artinya semakin banyak tenaga kerja yang bisa dipakai.

Penduduk usia produktif Kabupaten Rembang tahun 2021 tercatat 512.299 orang dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 362.040 orang atau naik 9,45% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 330.783 orang. Ada kenaikan jumlah angkatan kerja sebanyak 31.257 orang, dengan melihat adanya kenaikan jumlah angkatan kerja ini tentunya terjawab sudah kenapa pengangguran tidak dapat dihilangkan, pengangguran akan selalu ada seiring bertambahnya penduduk suatu daerah. Dengan adanya bonus demografi, tinggal sejauhmana kesiapan daerah mampu memanfaatkan potensi tersebut? pertumbuhan angkatan kerja sangat berarti bagi daerah yang sedang berkembang, karena ini mengindikasikan ketersediaan tenaga kerja daerah yang dapat digunakan investor untuk memenuhi kebutuhan pabriknya itu tersedia.

Dinamika perubahan ke arah yang lebih baik terlihat jelas di Kabupaten Rembang, adanya arah perubahan sektor pendukung pada struktur perekonomian daerah dari sektor pertanian kearah sektor industri menjadi indikasi sebuah harapan dalam menyongsong bonus demografi yang dimiliki Kabupaten Rembang, semua pasti sepakat pada sektor industri mampu memperluas lapangan tenaga kerja jauh lebih banyak dibandingkan sektor pertanian yang cenderung stagnan dalam penciptaan tenaga kerja. Kurun waktu 10 tahun terakhir terlihat secara kasat mata Rembang telah berubah kearah yang baik. Pasca terbangunnya PLTU dan Pelabuhan Rembang – Terminal Sluke mampu menciptakan daya tarik daerah  bagi investor, diawali dengan terbangunnya PT. Semen Gresik yang diikuti anak perusahaan, semakin banyak perusahaan dibidang pengolahan ikan di Sluke dan industri barang dari kulit dan alas kaki di Rembang menjadi modal daerah dalam menyongsong bonus demografi. Selain itu, adanya perusahaan besar memunculkan pelaku-pelaku usaha UMK yang mayoritas pelaku usaha lokal, mulai tumbuh dan berkembangnya industri skala UMK, perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa lainnya menjadikan ekonomi daerah semakin membaik. Kasat mata terlihat Rembang semakin ramai daerahnya….

Untuk menjadikan Rembang GEMILANG diperlukan upaya-upaya berupa kebijakan yang fundamental, banyak orang mengatakan bahwa investasi berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan tenaga kerja karena itu, diperlukan upaya yang mampu menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif dan mampu menciptakan peningkatan realisasi investasi, sudah seharusnya daerah memiliki perda tentang pemberian insentif dan kemudahan berusaha bagi pelaku usaha, ibarat karpet merah perlu kita sediakan untuk calon investor agar mau berinvestasi di Rembang. (pahlevi)

Share

Add Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *